Tuesday, November 22, 2011

MENGOMENTARI VIDEO ( konflik pribadi atau masyarakat )

klik disini untuk menyaksikan video:

GARA-GARA HEADPHONE

Video ini menceritakan tentang -Saga- anak orang kaya yang baru pulang ke Jakarta setelah menyelesaikan studynya di German sejak tahun 2004. Saga beranggapan bahwa Jakarta merupakan tempat yang bising, ramai, tidak beraturan, dan segala hal yang akhirnya hanya menambah masalah dalam hidupnya. Tapi ternyata Saga punya cara tersendiri untuk menghilangkan semua masalah tersebut dengan “music”. Menurut Saga, dengan music semua masalah terasa hilang. Sejak itulah Saga sangat sering menggunakan headphone kapanpun, kemanapun, dan dimanapun dia berada. Sampai sekarang, sepulangnya dia ke Jakarta, dia masih bergelut dengan hobbynya yang selalu menggunakan headphone tersebut.
Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, Saga terlihat asik menganguk-anggukan kepala sambil sedikit bernyanyi, terlihat bahwa ia sangat menikmati lagu dengan headphone putih ditelinganya. Dia mengambil jalur penumpang yang akan pulang menggunakan taksi alias dia tidak dijemput oleh siapapun. Kini Saga sudah di dalam taksi. Di tengah jalan, ternyata ada aksi demo yang diadakan oleh para mahasiswa, namun Saga masih terlihat asik dengan headphonenya. Dia sama sekali tidak terlihat kesal dengan kemacetan yang terjadi, berbeda dengan supir taksi yang ditumpanginya. Supir itu kesal, akhirnya dia menceritakan segala kekesalannya terhadap kemacetan akibat ulah mahasiswa tersebut, bahkan supir taksi itu membandingkan kota Jakarta yang dulu dengan Jakarta yang sekarang yang telah mengalami banyak perubahan selama dia menjadi supir taksi, namun yang membuat ia kesal adalah satu, dari dulu sampai sekarang ada satu yang tidak berubah dari kota Jakarta yaitu macet.sang supir pun berbicara panjang lebar, dia tidak sadar bahwa penumpangnya sama sekali tidak mendengar ocehannya mulai dari bandara sampai taksi itu tiba di apartement tempat Saga tinggal.
Pernah suatu hari Saga sedang berjalan di gang sempit menuju rumah Shilla kekasihnya, seperti biasa masih dengan headphone putih yang tidak pernah lepas dari kupingnya. Di tengah jalan ada seorang lelaki yang menabraknya, lelaki itu lari terburu-buru sambil membawa tas. Dan tak jauh dari situ ada seorang ibu yang berterika minta tolong karena tasnya dirampok, ternyata lelaki yang menabrak Saga tadi adalah seorang perampok. Namun karena Saga memakai headphone dan tidak mendengar hal lain kecuali lagu dari mp3-nya, Saga tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Dia tetap asik berjalan, sampai ibu tadi marah-marah pada Saga tapi tetap Saga diam. Dia bingung apa yang sedang ibu itu bicarakan padanya, karna ibu itu terlihat menunjuk-nunjuk ke arah muka Saga. Kejadian itu pun berlalu.
Akhirnya Saga sampai di rumah Shilla. Shilla yang langsung membukakan pintu pada saat Saga mengetuknya. Shilla sangat terkejut melihat bahawa tamu yang dating adalah Saga, dia sampai menangis karna begitu senangnya dia melihat bahwa Saga kini telah kembali. Pada saat itu Shilla terlihat sangat pucat. Shilla pun mengajak Saga masuk ke kamarnya. Di kamar, Shilla mengajak Saga makan di luar dan Saga pun mengiyakan. Namun sebelumnya Shilla izin ke kamar mandi terlebih dahulu. Pada saat Shilla meninggalkannya, seperti biasa Saga kembali memakai headphone karena dia tidak mau merasa bosan pada saat menunggu Shilla kembali dari kamar mandi. Namun apa yang terjadi, ternyata Shilla izin ke kamar mandi bukan karena ingin buang air kecil melainkan karena pada saat itu Shilla sedang sakau dan ia ingin menyuntikan obat ke dirinya untuk menghikangkan rasa sakit yang ada pada diri orang yang sedang sakau. Namun naasnya, obat yang tadi disuntikan kebadannya rupanya tidak cukup untuk menghilangkan rasa sakit yang ada pada dirinya. Shilla kesakitan, dia memukul-mukul dan mencoba untuk membuka pintu kamar mandi namun tidak bisa. Dia berteriak-teriak memanggil Saga namun Saga yang pada saat itu sedang memakai headphone tidak mendengar teriakan Shilla. Sudah lama Saga menanti, dia tidak sabar dan akhirnya memutuskan untuk menyusul Shilla di kamar mandi. Namun ternyata, dia mendapati Shilla telah terkapar di kamar mandi dengan mulut menganga dan ada busa yang keluar dari mulut Shilla, Shilla meninggal.
Sejak saat itulah Saga melepaskan headphone dari telinganya. Dia sadar bahwa kehidupan bukanlah pantomime yang hanya bergerak tanpa suara layaknya apa yang dia rasaakn ketika ia menggunakan headphone. Dia hanya bisa melihat apa yang terjadi di lingkungannya tanpa mendengar dan tau apa yang tersirat dari dari setiap gerakan yang terjadi.

Kritik : Sebenarnya film pendek ini sudah cukup bagus secara keseluruhan, karena pesan yang disampaikan sudah cukup tersampaikan kepada para penonton khususnya saya. Namun, adegan-adegan yang dilakoni oleh Saga belum maksimal dan masih terlihat kaku, sehingga bisa membuat para penontonnya khsusnya saya, kurang menikmati film pendek ini. Dan tema atau judul yang dipilih sudah cukup bagus, karena terdapat amanat-amanat untuk para pelajar seperti saya.

Saran : Untuk para film maker maupun actor/aktris yang ikut andil dalam pembuatan film, harus lebih maskimal dalam segala halnya. Agar film yang dibuat bisa lebih memuaskan para penontonnya, dan pesan yang disampaikan bisa lebih dipahami oleh kami para penonton.

No comments:

Post a Comment